Rabu, 23 Mei 2012

Catur Mara (Empat Sifat Syetan Jahat)



Mara merupakan sifat syetan yang selalu bertolak belakang denga sifat paramita. Sifat ini dimiliki oleh manusia yang keduanya sangat bertentangan. Yang apabila mara menguasai hidup kita akan penuh dengan derita (dukha). Sifat mara ini dibagi menjadi empat sifat diantaranya:

1. Dosa ialah kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila dikembangkannya metta.
Dosa ini secara ethica (ajaran tentang keluhuran budi dan peraturaan kesopanan) bearti kebencian dan secara psykologis (kejiwaan) bearti pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek yang bertentangan.

Mengenai hal ini mempunyai dua nama, yaitu: Patigha = jijik atau tidak senang dan Vyapada = Kemauan jahat

2. Lobha ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila dikembangkannya karuna. Lobha ini secara etika bearti keserakaan atau ketamaka. Tetapi secara psykologis bearti terikat pikiran pada objek-objek. Inilah kadang-kadang disebut tanha = keinginan yang tiada henti-hentinya: kadang-kadang juga disebut Abhijjha = mempunyai nafsu serakah dan kadang-kadang pula disebut Kama = Nafsu birahi serta raga = hawa nafsu.

3. Issa ialah iri hati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia. yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila dikembangkannya mudita.

4. Moha ialah kegelisahaan batin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha dan issa, akan lenyap bila dikembangkannya upekha. Moha bearti kebodohan dan kurangnya pengertian. Selain dari pada itu moha juga disebut Avijjha = ketidaktahuan atau Annana = tidak berpengetahuan atau Adassana = tidak melihat.[1]

a. Pikiran baik dan pikiran jahat dan akibatnya
Tersebutlah kata-kata yang di ucapan Buddha Gautama dalam kitab Dhammapada, yaitu bagian kecil dari Sutta-Pitaka yang berbunyi sebagai berikut:

Ayat 1: Segala sesuatu adalah hasil dari pada apa yang telah dipikirkan, berdasarkan pikiran dan di bentuk oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran yang jahat, maka penderitaan akan mengikutinya seperti roda pedati yang mengikuti jejak kaki lembu yang menariknya.
Ayat 2: Segala sesuatu adalah hasil dari pada apa yang telah dipikirkan, berdasarkan pikiran dan dibentuk oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran yang baik, maka kebahagiaan akan mengikutinya seperti bayangan yang tidak pernah meninggalkan dirinya.

b. Kejahatan menerima kejahatan
a. Bilamana kita membuat suatu kejahatan, janganlah perbuatan jahat itu terulang lagi. Usahakan agar diri kita tidak senang dengan kejahatan, karena penderitaan adalah sebagai buahnya.
Haruslah diketahui bahwa sipembuat kejahatan melihat kebahagiaan selama perbuatan jahatnya belum masuk. Tetapi bilamana perbuatan jahat telah masuk, maka barulah ia melihat penderitaan sebagai akibatnnya.
Janganlah kita meremehkan kejahatan dengan mengatakan, bahwa kejahatan itu tidak akan mencelakakan diri kita.
Jika demikian kita bagaikan si dungu mengumpulkan kejahatan sedikit demi sedikit, seperti halnya tempayan akan penuh oleh air yang diisi setetes demi setetes.

b. Perbuatan jahat adalah yang mengarahkan kita kejalan kehidupan yaitu :
- Neraka atau neraya
- Binatang atau tiracchana
- Setan atau peta

d. Kebaikan menerima kebaikan.
a. Bila kita dapat membuat sesuatu perbuatan baik, maka berusahalah terus dapat mengulanganya perbuatan baik itu. Perlu diketahui bahwa si pembuta kebaikan akan melihat penderitaan selama perbuatan baiknya belum masuk. Tetapi apabila perbuatan baiknya telah masuk, maka akan terlihatlah kebahagiaan.

b. Perbuatan baik adalah yang mengarahkan kita jalan kehidupan

1. Alam dewa: yang sebagaian besar di sebabkan oleh seseorang seperti berdana, mendengarkan dhamma, belajar dhamma, mendengarkan dhamma, menterjemahkan buku-buku dhamma untuk disebarluaskan, membangun vihara, membangun rumah sakit, membangun sekolah dan lain sebagainya.

2. Alam Brahma : yang sebaian besar di sebabkan oleh seseorang banyak sekali yang melaksanakan samatha bhavana sehingga yang diperolehnya jhana.

Jhana berarti kesadaran/pikiran yang melekat kuat dalam objek kammatthana (meditasi), yaitu kesadaran/pikiran terkonsentrasi pada objek dengan kekutan appna Samadhi (konsentrasi yang padai, yaitu kesadaran/pikiran terpusat pada objek dengan kuat).

3 Nibbana atau Nirvana; yang sebagain besar disebabkan oleh seseorang melaksanakan vippasana bhavana sehingga menjadi Arahat. Arahat berarti orang suci tingkat keempat yang terbebas dari kelahiran dan kematian atau telah bersatu dengan Sanghayang Adi Buddha.[2]

[1] Ibid
[2] Kebahagiaan Dharma-Dharma, h. 22-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More