Kamis, 07 Juni 2012

KONSEP TENTANG ALAM DAN MANUSIA


a.      Konsep Tentang Alam


Menurut sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatua dalah terus berubah (anicca). Begitu pula dengan sifat alam. Alam bersifat dinamis dan kinetik, selalu berproses dengan seimbang. Unsur-unsur alam yang tampak dalam pandangan Buddha ada empat, yakni unsur  padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo), gerak (vayo). Hukum yang berlaku pada alam (alam semesta) dapat dikategorikan dalam lima aturan yang disebut pancaniyamadhamma, yaitu utuniyama (hukum fisika), bijaniyama (hukum biologi), cittaniyama (hukum psikologis), kammaniyama (hukum moral),dhammaniyama (hukum kausalitas).

Menurut ajaran budha, seluruh alam ini adalah cipataan yang timbul dari sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu ia disebut  sankhata dharmayang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan berubah. Sinonim dengan katasankhata adalah sankhara yaitu saling bergantungan, sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya. Alam semesta adalah suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan menjadi. Hakikat kenyataan itu adalah harus perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan lain yang berurutan. Karena itu, alam semesta adalah sankhara yang bersifat tidak kekal (anicca atau anitya)selalu dalam perubahan (dukkha) dan bukan jiwa (atta atau atman), tidak mengandung suatu substansi yang tidak bersyarat. Dalam visudha Maga 2204, loka tersebut digolong-golongkan atas  sankharaloka, sattaloka, dan okasaloka.

Sankaraloka adalah alam mahluk yang tidak mempunyai kehendak seperti benda-benda mati, batu emas, logam dan semua sumber alamiah yang diperlukan manusia. Termasuk dalam pengertian ini adalah alam hayat yang tidak mempunyi kehendak dan ciptaan pikiran seperti ide, opini, konsepsi, peradaban, kebudayaan dan sebagainya.


Sattaloka adalah alam para mahluk hidup yang mempunyai kehendak mulai dari mahluk hidup yang rendah hingga mahluk yang tinggi, kelihatan atau tidak, seperti setan, manusia, dewa, dan Brahma. Mahluk-mahluk tersebut dibesarkan bukan berdasarkan jasmaniahnya, melainkan berdasarkan sikap bathin, atau hal yang menguasai pikiran dan suka duka sebagai akibatnya. Termasuk dalam sattaloka adalah 31 alam kehidupan yang dapat dikelompokan menjadi a.kamaloka, b. rupaloka, dan c. arupaloka.


a. Kamaloka

Kamaloka meliputi sebelas alam, yaitu :

1.      Alam para Dewata yang menikmati ciptaan-ciptaan lain

2.      Alam para dewata yang menikmati ciptaannya sendiri

3.      Alam para dewata yang menikmati kesenangan

4.      Alam dewata Yama

5.      Alam 33 dewata

6.      Alam tempat maharaja

7.      Jagat manusia

8.      Dunia hewan

9.      Dunia makhluk yang tidak bahagia

10.  Dunia setan

11.  Daerah neraka.

Alam ini terdiri dari bahan-bahan kasar dan unsur-unsur tanah, air, api dan udara, dan dialami oleh makhluk-makhluk yang bebadan kasar atau jasmani. Dibawah sekali dari alam ini terletak neraka yang dingin dan panas.
b.      Rupaloka

Rupaloka atau alam bentuk, terdiri dari 16 alam Brahma yang bisa dicapai dengan mengheningkan cipta dalam samadhi.Para Bhikkhu itu yang sedang besamadhi dapat berhubungan dengan mahluk-mahluk yang terdapat dalam alam-alam ini, sebab paradewa yang tinggal didalamnya masih mempunyai badan yang lebih halus tetapi berada diatas hawa nafsu.

c.       Arupalokka
Arupaloka adalah alam tanpa bentuk yaitu alam dewa yang tidak berbadan, yang hidup setelah mencapai tingkatan keempat dalam samadhi. Alam ini terdiri dari,


1.     Alam bukan persepsi dan bukan non-persepsi
2.     Alam pengetahuan kekosongan
3.     Alam kesadaran yang tidak terhingga
4.     Alam ketidak terhinggaan ruang.

  Okasaloka adalah alam tempat. Disini terdapat dan hidup mahluk-mahluk diatas, seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan tempat benda-benda mati seperti besi, batu dan sebagainnya.
b.      KonsepTentangManusia
Dalam ajaran agama Buddha, manusia menempati kedudukan yang khusus dan tampak memberi corak yang dominan pada hampir seluruh ajarannya. Kenyataan yang dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari merupakan titik tolak dan dasar dari seluruh ajaran Buddha. Hal ini dibicarakan dalam ajaran yang disebut tilakhana (Tiga corak umum agama Buddha), catur arya satyani (empat kesunyataan mulia), hukum karma (hukum perbuatan), dan tumimbal lahir (kelahiran kembali). Manusia menurut ajaran Buddha, adalah kumpulan dari energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu rupakhanda (jasmani), vedanakhanda (pencerahan), sannakhandha (pencerapan), shankharakhandha (bentuk-bentuk pikiran), dan vinnanakhandha (kesadaran).
Kelima kelompok tersebut saling berkaitan dan bergantung satu sama lain dalam proses berangkai, kesadaran ada karena adanya pikiran, pikiran timbul disebabkan adanya penyerapan, penyerapan tercipta karena adanya perasaan, dan perasaan timbul karena adanya wujud atau Rupa. Kelima khanda tersebut juga sering diringkas menjadi dua yaitu: nama dan rupa. Nama adalah kumpulan dari perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan yang dapat digolongkan sebagai unsur rohaniah, sedang Rupa adalah badan jasmani yang terdiri dari empat unsur materi yaitu unsur tanah, air, api, dan udara atau hawa.

Dalam agama Buddhis manusia terikat oleh 5 kelompok ikatan Skanda (panca skanda) yang terdiri dari rupa (bentuk jasmani), vedanna (perasaan), sanna (pencerapan, penginderaan), sankhara (bentuk pikiran), vinnana (kesadaran).

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai nibbana yaitu:


1.  Kita harus menyadari bahwa umat manusia memiliki potensi tidak terbatas. Kalau manusia diartikan sebagai mahkluk lemah dan tidak berdaya yang terus menerus terombang-ambing oleh aliran takdir maka tidak ada kemungkinan mencapai nibbana. Ajaran Buddha menyadari sepenuhnya kaebaikan manusia yang tidak terbatas.


2.  Adanya dorongan yang kuat dari dalam batin untuk mencapai nibbana. Keinginan yang kuat bukanlah berasal dari luar. Kesadaran akan pentingnya keinginan untuk mencapai nibbna ini sangat penting. Nibbana adalah tanggung jawab seklaigus hak.


3. Harus ada kesadaran apabila umat manusia akan mendapatkan hasil kalau dia berusha terlebih dahulu. Ini berarti kalau anda telah menebar benih, maka anda berhak menuai hasilnya.


Dari tiga hal diatas dapat diambilkesimpulan untuk mencapai nibbana manusia harus memenuhi tiga syarat yaitu menyadari ketidakterbatasan potensi manusia, memiliki keinginan untuk mencapai nibbana dan langsung berusaha mewujudkan keinginan tersebut, dan meyakini bahwa di dunia spiritual tetap berlaku hukum sebab-akibat.

C.     ETIKA (CATUR PARAMITA DAN CATUR MARA)

a.     Catur Paramita


Di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat Ketuhanan yang di sebut paramita yaitu dalam bathinnya merupakan segala sumber dari perbuatan baik (kusalakamma) yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus bias mengembangkan paramita itu. Demi kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan hidup kita. Sifat ketuhanan itu terdiri dari :


1.      Metta: ialah cinta-kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini dikembangkan dosa akan tertekan.


2.      Karuna: ialah kasih-sayang universal karena melihat suatu kesengsaraan, yang menjadi akar perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini berkembang lobha akan tertekan.


3.      Mudhita :ialah perasaan bahagia (simpati) universal karena melihat makhluk lain bergembira, yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bial ini berkembang issa akan tertekan.


4.      Upekkha :ialah keseimbangan bathin universal sebagai hasil dari melaksanakan metta. Karuna. Mudhita dan upekkha, juga merupakan akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini telah berkembang moha akan tertekan, bahkan akan lenyap.



b.          Catur Mar

Disamping adanya sifat-sifat ketuhanan, terdapat pula sifat-sifat setan/ jahat (marra) dalam bathin manusia dan ini merupakan sumber dari perbuatan buruk (akusalakamma) yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus dapat melenyapkannya agar hidup kita tidak terus-menerus di dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tiada henti-hentinya. Sifat setan/jahat itu terdiri dari :


1.      Dosa : ialahkebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila di kembangkan metta. Dosa ini secara ethica (ajaran tentang keluhuran buda dan kesopanan) berarti kebencian. Tetapi secara psychilogis (kejiwaan) berarti pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek bertentangan.


2.      Lobha: ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila di kembangkan karuna. Lobha ini secara ethica berarti keserakahan/ketamakan. Tetapi secara psychilogi (kejiwaan) berarti terikat  pikiran pada objek-objek. Inilah yang kadang-kadang disebut Tanha yaitu keinginan yang tiada henti-hentinya.


3.       Issa: ialah irihati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia, yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila dikembangkan mudhita.


4.      Moha: ialah kegelisahan bathin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha, dan issa. Akanlenyap bila dikembangkan upekkha. Moha berarti kebodohan dan kurangnya pengertian. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More