skip to main |
skip to sidebar
PRAKTIK MEDITASI BUDDHA ZEN
Mulai Dengan Posisi Tubuh Yang Benar
Selama bertahun-tahun evolusi agama Buddha, posisi tubuh zazen yang paling efektif adalah bentuk piramid bagaikan Buddha yang sedang duduk. Duduk di lantai lebih disarankan karena lebih stabil. Gunakan bantal kecil, disebut zafu dalam bahasa Jepang, untuk sedikit meninggikan bagian belakang tubuh, agar kedua lutut bisa menyentuh lantai. Dengan bagian belakang tubuh pada bantal dan kedua lutut menyentuh lantai, posisi tubuh Anda membentuk tripod dengan keseimbangan 360 derajat.Bagaimana dengan kaki kita? Banyak posisi yang bisa dicoba dalam keadaan duduk seperti ini. Yang paling sederhana adalah posisi Burma. Kaki menyilang dan kedua telapak merapat dengan lantai. Kedua lututpun rapat menyentuh lantai, walau untuk bisa melakukan posisi ini memang perlu banyak latihan.
Pertama kali mungkin otot Anda merasa tegang, tapi tidak lama akan ototpun akan mengendor dan kedua lutut akan jatuh. Untuk mempermudah, duduklah di atas sepertiga bagian bantal, dan condongkan badan sedikit ke depan.Bayangkan bagian atas kepala Anda seakan menekan ke arah langit-langit dan dengan menarik tubuh Anda ke atas seperti itu, tulang punggung menjadi tegak. Lalu kendorkan otot, dan santaikan diri Anda. Dengan bokong dikencangkan dan perut Anda dikedepankan sedikit, akan terasa lekukan di punggung Anda. Dalam posisi ini, dengan sendirinya tubuh Anda tetap tegak.Ada beberapa posisi lain yang bisa Anda coba, ini bisa Anda lihat langsung di situs yang memuat instruksi meditasi Zen ini. Salah satunya duduk di kursi, tapi selalu gunakan kursi dengan bantal, dan telapak kaki rata pada lantai.Kenapa punggung yang lurus itu penting dalam meditasi? Diafragma Anda bisa bergerak bebas, dan ini baik untuk pernafasan. Nafas yang dilakukan dalam zazen sangatlah dalam. Perut Anda akan naik turun seperti perut bayi saat bernafas. Biasanya makin kita dewasa, pernafasan kita menjadi semakin terhambat, tidak pernah penuh. Kita cenderung bernafas pendek-pendek danmenggunakan bagian atas dada.Selama meditasi Zen ini, mulut selalu tertutup, dan bernafas melalui hidung. Lidah ditekan sedikit ke langit-langit mulut. Hal ini bisa mengurangi rasa ingin menelan ludah (posisi lidah seperti ini penting untuk melancarkan perputaran enerji dalam tubuh, red.). Pandangan mata ke arah bawah, dengan menatap ke lantai/tanah pada titik sejauh sekitar setengah sampai satu meterdi depan Anda. Dagu sedikit ditarik ke dalam.Zazen ini tampaknya sangat disiplin, tapi otot-otot Anda harus tetap santai. Jangan ada ketegangan pada tubuh. Dada tidak condong ke depan maupun ke belakang. Tangan? Terlipat dalam mudra (fokus) kosmik. Tangan yang dominan (kiri bagi yang kidal) menghadap ke atas memegang tangan satunya lagi yang juga terbuka ke atas. Kedua jempol sedikit menyentuh, sehingga bentuk kedua tangan menjadi oval. Jika Anda bersila dalam gaya lotus/teratai, tempatkan mudra pada kedua tumit. Dalam posisi Burma, mudra bisa diletakkan pada paha.Fokus Pada Hara, Lalu Pada NafasMudra kosmik ini akan menarik perhatian Anda ke dalam diri. Banyak cara untuk memfokuskan pikiran: ada gambar-gambar seperti mandala yang dalam banyak tradisi sering digunakan untuk konsentrasi. Bisa juga memakai mantera (mantera hanya istilah untuk suatu kata yang diucapkan berulang-ulang, Anda bisa menggunakan kata apapun sesuai kepercayaan Anda, misalnya nama Tuhan, red.).Banyak bentuk mudra dalam berbagai kepercayaan dan agama Timur. Dalam zazen, fokus kita adalah pernafasan. Nafas adalah kehidupan. Kata “spirit” berarti nafas. Kata “ki” dalam bahasa Jepang atau “chi” dalam bahasa Cina, yang keduanya berarti kekuatan atau enerji, juga berasal dari nafas. Nafas adalah kekuatan vital, pusat kegiatan tubuh kita. Pikiran dan nafas juga satu. Saat pikiran terganggu, nafas terganggu, juga sebaliknya.Dalam zazen, penting untuk memusatkan perhatian pada hara. Hara adalah satu titik pada tubuh kita yang terletak sekitar lima sentimeter di atas pusar. Hara merupakan pusat fisik dan spiritual dari tubuh kita. Pusatkan perhatian Anda ke sana, arahkan pikiran ke titik ini. Semakin Anda mengembangkan zazen, Anda akan makin menyadari bahwa hara adalah pusat perhatian Anda.Kita bisa mulai dengan menghitung nafas kita. Menghitung tiap tarikan dan hembusan, sampai nafas ke sepuluh, lalu kembali lagi menghitung dari satu. Hitungan ini dilakukan sebagai umpanbalik untuk diri kita agar kita sadar bila pikiran kita telah terbang ke mana-mana. Tentu, makin lama bukan hitungan yang jadi perhatian Anda, tapi nafas itu sendiri. Biarkan nafas Anda yang ‘melakukan pernafasan’.Tiap kali Anda kembali mengarahkan pikiran pada nafas, Anda mengumpulkan kekuatan pada diri untuk bisa mengarahkan perhatian pada hal yang Anda ingin perhatikan, selama yang Anda mau. Fakta yang sederhana ini sangat penting. Kekuatan konsentrasi ini disebut joriki. Joriki bisa muncul dalam banyak bentuk. Joriki ini merupakan sentral dari seni bela diri maupun seni visualdalam Zen. Sebenarnya, Joriki ini merupakan sumber dari segala kegiatan dalam hidup kita.Anda tahu? Dalam sebuah semedi yang khidmat, dalam zazen yang khusuk, seseorang bernafas dalam frekuensi dua sampai tiga kali semenit. Bandingkan dengan orang yang sedang tidur, dengan frekuensi nafas lima belas kali semenitnya. Detak jantung, sirkulasi, metabolisme, semua melambat dalam meditasi yang khusuk ini. Seluruh tubuh mencapai titik hening yang tidakbisa diperoleh dengan tidur biasa.Jika Anda rajin melatih diri dengan zazen ini, dalam waktu tidak lama, kesadaran Anda akan makin tajam, dengan sendirinya juga insting ataupun intuisi. Anda akan lebih menyadari adanya banyak hal yang sebelumnya selalu ada tapi tidak pernah Anda perhatikan.Yang penting, lepaskan pikiran bahwa Anda melakukan zazen untuk mencapai kondisi tertentu. Lepaskan saja diri Anda saat melakukannya, pasrah. Karena terlalu sibuk mengurusi “percakapan internal” dalam diri Anda, Anda jadi tidak mampu melihat dengan baik segala yang terjadi di sekitar Anda. Proses zazen ini membuka diri Anda.Kegiatan mental dan enerji kita sering tersebar percuma, membuat kita terpisah satu sama lain, dari lingkungan, bahkan dari diri sendiri. Dalam proses zazen ini, segala aktivitas yang terjadi di permukaan pikiran ditenangkan, sehingga bagai permukaan danau, yang berada di dalam danau itu jadi terlihat jelas. Anda pun bisa melihat jelas diri Anda sebenarnya.
Sumber: http://maulanusantara.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar